Perihal Takdir Allah
بِسْــــــــــــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Beriman kepada Qada’ dan Qadar bererti bahawa seseorang itu mestilah yakin dan percaya bahawa segala yang berlaku di dalam alam ini, apa yang berlaku kepada dirinya, sama ada disukai atau tidak disukai, baik atau buruk, sengaja atau tidak sengaja, sedar atau lupa, dirancang atau tidak dirancang, sihat atau sakitnya, jaya atau gagalnya semuanya adalah Qada’ dan Qadar Allah Swt yang telah ditetapkan olehnya.
Sabda Rasulullah s.a.w yang bermaksud :
“Tidak beriman seseorang dari kamu, sehingga dia beriman dan mengaku bahawa tiada tuhan melainkan Allah dan Nabi Muhammad itu Rasulullah dan dia beriman dengan Hari Akhirat, dan dia beriman dengan Qadar Allah, sama ada baik atau buruk, manis atau pahit”.
“Tidak beriman seseorang dari kamu, sehingga dia beriman dan mengaku bahawa tiada tuhan melainkan Allah dan Nabi Muhammad itu Rasulullah dan dia beriman dengan Hari Akhirat, dan dia beriman dengan Qadar Allah, sama ada baik atau buruk, manis atau pahit”.
Definisi:
- Qadha : Hukum atau penetapan yang telah sedia dibuat oleh Allah Swt sejak di azali bagi segala yang berlaku dialam ini.
- Qadar : perlaksanaan Qadha’ itu, iaitu segala-galanya yang telah ditentukan oleh Allah Swt di azali itu pasti akan berlaku.
Umat Islam memahami takdir sebagai bagian dari tanda kekuasaan Tuhan yang harus diimani sebagaimana dikenal dalam Rukun Iman. Penjelasan tentang takdir hanya dapat dipelajari dari informasi Tuhan, yaitu informasi Allah melalui Al Quran dan Al Hadits. Secara keilmuan umat Islam dengan sederhana telah mengartikan takdir sebagai segala sesuatu yang sudah terjadi.
Untuk memahami konsep takdir, jadi umat Islam tidak dapat melepaskan diri dari dua dimensi pemahaman takdir. Kedua dimensi dimaksud ialah dimensi ketuhanan dan dimensi kemanusiaan.
Dimensi Ketuhanan
Dimensi ini merupakan sekumpulan ayat-ayat dalam Al Quran yang menginformasikan bahwa Allah maha kuasa menciptakan segala sesuatu termasuk menciptakan Takdir.
- “Dialah Yang Awal dan Yang Akhir ,Yang Zhahir dan Yang Bathin” (Al Hadid : 3).
- “Dia (Allah) telah menciptakan segala sesuatu dan sungguh telah menetapkannya (takdirnya)” (Al-Furqaan : 2)
- “Apakah kamu tidak tahu bahwa Allah mengetahui segala sesuatu yang ada di langit dan bumi. Sesungguhnya itu semua telah ada dalam kitab, sesungguhnya itu sangat mudah bagi Allah” (Al-Hajj : 70)
- “Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya” (Al Maa’idah : 17)
- “Allah menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat” (As-Safat : 96)
- “Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan” (Luqman :22).
- “Keputusan di sisiKu tidak akan berubah dan Aku sekali-kali tidak menzalimi hamba-hambaKu.” (Surah Qaaf ayat 29)
- “Sesungguhnya Kami menjadikan setiap sesuatu dengan kadarnya A(l-Qamar 54: 49).
- “Tidak ada sesuatu melainkan pada sisi Kami perbendaharaannya dan tiada Kami turunkan melainkandengan kadar yang ditentukan” (Al-Hijr 15: 21)
- “Bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila di kehendaki oleh Allah, Tuhan semesta Alam “.(At Takwir : 28 – 29)
- “Dan tiadalah kamu berkemahuan (melakukan sesuatu perkara) melainkan dengan cara yang dikehendaki Allah; Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui, lagi Maha Bijaksana (mengaturkan sebarang perkara yang dikehendakiNya)”. (Al-Insan: 30).
- “Dan sekiranya Allah menghendaki nescaya orang-orang yang datang kemudian daripada Rasul-rasul itu tidak berbunuh-bunuhan sesudah datang kepada mereka keterangan-keterangan (yang dibawa oleh Rasul mereka). tetapi mereka bertelingkah, maka timbulah di antara mereka: orang yang beriman, dan orang yangkafir. dan kalaulah Allah menghendaki tentulah mereka tidak berbunuh-bunuhan; tetapi Allah melakukan apa yang dikehendakiNya”. (Al-Baqarah: 253).
- “Sesungguhnya di sisi Allah pengetahuan yang tepat tentang hari kiamat. dan Dia lah jua yang menurunkan hujan, dan yang mengetahui dengan sebenar-benarnya tentang apa yang ada dalam rahim (ibu Yang mengandung). dan tiada seseorang pun yang betul mengetahui apa yang akan diusahakannya esok (sama ada baik atau jahat); dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi negeri manakah ia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, lagi amat meliputi pengetahuanNy a”. (Luqman: 34)
- “Dan (ingatlah) tiap-tiap sesuatu Kami catitkan satu persatu dalam Kitab (ibu Suratan) yang jelas nyata”.(Yasin: 12)
- “Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berbuat dosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul”. (Al-Israa :13-15)
- “Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu..” ( Al-Mu’min : 60).
- “Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu (kematian); maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya”. (Al Araf : 34)
- “Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. (Ar Rad :11)
- “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Lukman : 34)
- “Yang menjadikan hidup dan mati, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya”.(Al-Mulk : 2)
- “Seandainya Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. Akan tetapi Allah berbuat apa yang dikehendakinya”. (Al– Baqarah : 253)
- “Dan kalau kami menghendaki niscaya akan kami berikan kepada tiap–tiap jiwa petunjuknya”. (As Sajdah : 13)
- “Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu”. (Huud : 118)
- “Yang menjadikan hidup dan mati, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya”.(Al-Mulk : 2)
- “Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka” ( Al Qashash : 68)
- “Bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki oleh Allah, Tuhan semesta Alam “. (At Takwir : 28 – 29)
- ”Dan tidak sesuatupun melainkan disisi kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.” (Al-Hijr ayat 21)
- Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya. (Al-Furqan : 2)
- “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)” (Al An’am : 59).
- “Allah s.w.t telah menulis takdir makhluk sebelum Dia mencipta langit-langit dan bumi dalam jarak 50 ribu tahun dan Arasy-Nya berada di atas air”.(H.R.Muslim).
- ” Siapa yang tidak ridha dengan qadha-Ku dan qadar-Ku dan tidak sabar terhadap bencana-Ku yang aku timpakan atasnya,maka hendaklah mencari Tuhan selainAku. (H.R.Tabrani)
- Allah menentukan pemberian RahmatNya itu kepada sesiapa yang dikehendakiNya; dan (ingatlah), Allah mempunyai limpah kurnia yang besar.(Al-Imran : 74)
- “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. …” (Al Hadiid : 22-23).
- “Dia tidak boleh ditanya tentang apa yang dia lakukan, sedang merekalah yang akan ditanya kelak”. (Al-Anbiya : 23)
Dimensi kemanusiaan
Dimensi ini merupakan sekumpulan ayat-ayat dalam Al Quran yang menginformasikan bahwa Allah memperintahkan( to order) manusia untuk berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai cita-cita dan tujuan hidup yang dipilihnya.
- “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. (Ar Ra’d : 11)
- “(Allah) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. (Al Mulk / QS. 67:2)
- “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, Nasrani, Shabiin (orang-orang yang mengikuti syariat Nabi zaman dahulu, atau orang-orang yang menyembah bintang atau dewa-dewa), siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan beramal saleh, maka mereka akan menerima ganjaran mereka di sisi Tuhan mereka, tidak ada rasa takut atas mereka, dan tidak juga mereka akan bersedih”. (Al-Baqarah / QS. 2:62).
- “Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir”… (Al Kahfi : 29)
- “Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berbuat dosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul”. (Al-Israa 17:13-15)
- “Barangsiapa yang mengerjakan kebajikan, nescaya ia mendapat balasan yang lebih baik dari perbuatannya itu. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, maka orang-orang yang mengerjakan itu, tidak dibalas atau dihukum melainkan sesuai dengan apa yang telah dikerjakannya “. (Al-Qasas : 84)
- “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu..” (Al-Mu’min : 60).
- “Di antara kamu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada orang yang menghendaki akhirat”. ( Ali Imran : 152)
- “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telahberbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. ( Al- Qashas : 77)
- ”Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah (datangnya),dan bila ditimpa oleh kemudaratan, maka hanya kepada-Nya lah kamu meminta pertolongan.” ( QS. An-Nahl ayat 53).
- “Tetapi Allah SWT hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlumba-lumbalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah SWT kembali kamu semuanya…” (Al-Maidah : 48)
- “Dan janganlah kamu berputus asa daripada rahmat dan pertolongan Allah SWT. Sesungguhnya yang berputus asa daripada rahmat dan pertolongan Allah SWT adalah kaum kafir.” (Yusuf : 87)
- “Dan demi sesungguhnya! Kami tetap menguji kamu (wahai orang-orang yang mengaku beriman) sehingga ternyata pengetahuan Kami tentang adanya orang-orang yang berjuang dari kalangan kamu dan orang-orang yang sabar (dalam menjalankan perintah Kami) dan (sehingga) Kami dapat mengesahkan (benar atau tidaknya) berita-berita tentang keadaan kamu”.(Muhammad ; 31)
- “Bersungguh-sungguhlah terhadap apa yang memanfaatkan kamu. Mohonlah bantuan Allah dan janganlah merasa lemah.” (Riwayat Muslim)
- “Bahkan sesiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah (mematuhi perintahNya) sedang dia pula berusaha supaya baik amalannya, maka dia akan beroleh pahalanya di sisi Tuhannya dan tidaklah ada kebimbangan (dari berlakunya kejadian yang tidak baik) terhadap mereka dan mereka pula tidak akan berdukacita”. (Al-Baqarah, :12)
- “Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan …” (Al-Baqarah: 195)
Ketentuan Allah keatas makhluk
Setiap orang mengimpikan sebuah perjalanan ke alam bahagia dan indah. Kita sentiasa merancang, tetapi pengakhirannya tetap bergantung kepada satu perkara iaitu takdir Allah SWT kerana sesungguhnya perancangan Allah itu mengatasi perancangan manusia itu sendiri.
Sebaik mana pun perancangan seseorang, namun perancangan Allah jualah yang lebih baik dan terbaik pada setiap keadaan dan waktu. Apa yang pasti, setiap perancangan dan ketentuanNya itu pastilah yang terindah. Walaupun di mata kasar manusia sesuatu yang tidak menyenangkan.
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia baik bagi kamu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia buruk bagi kamu. Allah SWT mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.” (Surah al-Baqarah, ayat: 216)
Adapun takdir takdir manusia ini sudah ditulis ke atas kita sejak mula kejadian kita lagi sebagaimana di dalam hadith riwayat Ibn Mas`ud r.a dimana Rasulullah Saw bersabda :
“Sesungguhnya setiap dari kamu yang mula terbentuk jasadnya dalam perut ibunya selama 40 hari. Maka kemudian akan menjadi segumpal darah dan kemudian menjadi pula ketulan daging. Lalu Allah mengutuskan padanya malaikat untuk meniupkan pada jasad itu akan ruh dan menulis empat perkara, iaitu rezekinya, ajalnya, amalannya dan pengakhirannya apakah bahagia atau celaka. Dan demi zat yang tiada yang berhak disembah selain-Nya sesungguhnya sekiranya sekalipun ada di kalangan kamu beramal dengan amalan ahli syurga sehingga seolah-olah antara dia dan syurga itu cuma sejengkal namun apabila sudah tertulis bahawa dia di kalangan ahli neraka maka nescaya dia selepas itu akan beramal dengan amalan ahli neraka lalu masuk ke dalamnya. Dan tidaklah seorang itu melainkan beramal dengan amalan ahli neraka sehingga antara dirinya dengan neraka cuma sejengkal namun apabila sudah tertulis dirinya sebagai ahli syurga maka dia kemudiannya akan beramal dengan amalan ahli syurga lalu masuk ke dalamnya” (Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan Ahmad)
Ketentuan atau ketetapan ini adalah menurut ukuran kehendakNya yang mutlak mengikut ketetapanNya pada azali. Tiada makhluk bersekutu dalam ketetapan ini. Bukan juga sebab sesuatu yang akan dijadikanNya pada zaman kemudiannya, tetapi semata-mata adalah dengan kemahuanNya. Lantaran Allah Ta’ala itu bersifat dengan sifat Maha Berkehendak!
Firman Allah:
“Dan kamu tidak dapat menentukan kemahuan kamu (mengenai sesuatupun), kecuali dengan cara yang diatur oleh Allah, Tuhan yang memelihara dan mentadbirkan seluruh alam”. (Al-Takwir : 29)
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)” (QS. Al An’am:59).
“Sesungguha di sisi Allah pengetahuan yang tepat tentang hari kiamat. dan Dia lah jua yang menurunkan hujan, dan yang mengetahui dengan sebenar-benarnynya tentang apa yang ada dalam rahim (ibu Yang mengandung). dan tiada seseorang pun yang betul mengetahui apa yang akan diusahakannya esok (sama ada baik atau jahat); dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi negeri manakah ia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, lagi amat meliputi pengetahuanNya”.(Luqman : 3)
Allah mengilham dan memudahkan manusia kearah takdirnya masing-masing. Sabda Rasulullah Saw:
“Berkata Umar: Wahai Rasulullah, apakah yang kita lakukan (amalan makhluk) ini perkara yang baharu atau telah pun telah ditetapkan oleh Allah? Jawab Nabi S.a.w: Telah ditetapkan wahai Ibn al-Khattab dan setiap orang itu dimudahkan baginya (berdasarkan takdir yang telah ditetapkan), maka sesiapa yang ditetapkan menjadi ahli saadah (syurga) maka dia akan beramal dengan amalan yang membawanya kepada syurga adapun mereka yang ditetapkan sebagai ahli syaqawah (neraka) maka dia akan beramal dengan amalan yang membawanya ke neraka”. (Al-Tarmizi,Ahmad-sahih).
Dalam sebuah hadis daripada Sayyidina Ali, beliau ada berkata, pada satu hari baginda duduk. Di tangannya ada satu batang kayu yang digunakan untuk menggores-gores. Baginda mengangkat kepalanya lalu berkata: “Setiap daripada kamu yang bernyawa telah ditetapkan tempatnya di syurga atau neraka”.
Lalu bertanya para sahabat: “Kalau demikian, apa perlunya kita beramal ya Rasulullah. Adakah lebih baik kita bertawakal sahaja”. Rosululloh Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang telah ditentukan sebagai orang yang bahagia, maka dia akan mengarah kepada perbuatan orang-orang yang berbahagia. Dan barangsiapa yang telah ditentukan sebagai orang yang sengsara, maka dia akan mengarah kepada perbuatan orang-orang yang sengsara.”Kemudian beliau melanjutkan sabdanya: “Beramallah! Karena setiap orang akan dipermudah. Adapun orang-orang yang ditentukan sebagai orang yang bahagia, maka mereka akan dimudahkan untuk melakukan amalan orang-orang bahagia. Adapun orang-orang yang ditentukan sebagai orang yang sengsara, maka mereka juga akan dimudahkan untuk melakukan amalan orang-orang sengsara.”
Kemudian beliau membacakan surat al-Lail ayat 5-10 berikut (yang artinya): “Adapun orang yang memberikan hartanya di jalan Alloh dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya jalan yang sukar“. (Shohih Muslim)
Kemudian beliau membacakan surat al-Lail ayat 5-10 berikut (yang artinya): “Adapun orang yang memberikan hartanya di jalan Alloh dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya jalan yang sukar“. (Shohih Muslim)
Manusia membuat pilihan
Manusia telah dikurniakan oleh Allah akal dan kudrat. Allah telah memberi kebebasan dan ikhtiar kepada manusia untuk membuat pilihan. Sama ada pilihan yang baik atau yang buruk. Disebabkan ikhtiar inilah, manusia diberi pahala dan dosa.
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. ( QS Al- Qashasayat 77)
Jadi manusia jualah yang perlu bertanggungjawab diatas pilihannya. Walaupun setiap manusia telah ditentukan nasibnya, bukan berarti manusia hanya tinggal diam menunggu nasib tanpa ada usaha dan ikhtiar. Manusia tetap berkewajiban untuk berusaha dan dilarang berputus asa. Dengan arti lain, manusia dituntut untuk berusaha agar memperoleh yang terbaik baginya. Berhasil atau tidak semuanya di dalam ilmu Allah Swt.
Dalam kaitan ikhtiar dan takdir ini, ada kisah menarik saat seorang Arab Badui datang menghadap Rasulullah dengan mengendarai kuda. Setelah ia turun dari kudanya, ia langsung menghadap tanpa mengikat kudanya.
Rasulullah menegur orang tesebut, “Kenapa kuda itu tidak engkauikat?.” Orang Arab Badui itu menjawab, ”Biarlah, saya bertawakkal (depending on the) kepada Allah”. Rasulullah pun bersabda, ”Ikatlah kudamu, setelah itu bertawakkalah kepada Allah”.
Pada masa Khalifah ‘Umar bin Khaththab juga ada kisah menarik. Saat itu, ada seorang pencuri yang dalam persidangan ditanya oleh sang Khalifah, “Mengapa engkau mencuri?”. Pencuri itu menjawab, “Memang Allah sudah mentakdirkan saya menjadipencuri.” Mendengar jawaban tersebut, Khalifah Umar marah, lalu berkata, “Pukul orang ini dengan cemeti, setelah itu potonglah tangannya!.” Orang-orang bertanya, “Mengapa hukumannya diperberat seperti itu?” Khalifah Umar menjawab, ”Ya, itulah hukuman yang setimpal. Ia wajib dipotong tangannya sebab mencuri dan wajib dipukul karena berdusta atas nama Allah”.
Mengikut sebuah riwayat yang sahih, khalifah Omar Al-Khattab r.a enggan memasuki kampung tertentu di Syam kerana ketika itu ia sedang dilanda wabak taun. Sahabat Abu Ubaidah ibn Jarrah r.a bertanya kepada Omar r.a:“Mengapa kamu lari dari takdir Tuhan?’ Omar ra menjawab: “Aku lari dari takdir Allah kepada takdir yang lain.” (Tarikh At-Tabari)
Benarlah firman Allah, setiap musibah yang menimpa diri manusia atau alam ini adalah disebabkan tangan manusia itu sendiri sebagai mana firmannya:
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” (Asy-Syuraa, 42: 30)
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (Al-Rum: 30, 41)
Sama juga apabila Allah telah menetapkan bahawa ini jalan baik, ini pula jalan buruk dan ini jalan celaka, ini pula jalan yang berkesudahan bahagia. Maka dipundak kitalah untuk memilih jalannya. Sebagaimana Allah berfirman,
“Sesungguhnya kami telah menunjuki jalan yang lurus dan ada yang bersyukur ada pula yang kafir” (Al insan, 76: 3)
Maknanya Jika kita inginkan kebaikan dan kebahagian, maka beramallah dengan amalan kebaikan. Jika kita mengharapkan kebahagiaan tetapi kita beramal dengan amalan orang orang yang celaka, maka celakalah takdirnya kerana begitulah qada’ Allah (sunnatullah).
Seumpama kita menduduki peperiksaan, kita telah ditetapkan sekiranya kita memberi jawapan dengan kadar sekian-sekian, kita akan diberi markah sekian-sekian pula. Kemudian kita memberikan jawapan dengan kadar yang melayakkan kita mendapat markah separuh sahaja, maka separuhlah markahnya.
Maknanya setiap nasib (takdir) menimpa kita ada sebabnya yang bertitik tolak dari kita jualah. Segalanya telah ditetapkan di dalam skrip takdir.
Adapun beberapa kejadian Allah seolah olah menyalahi qada’ dan qadar di atas seperti peristiwa mengandungnya Mariam (ibu Isa a.s) tanpa lelaki, hanyalah perkara nadir (sangat jarang). Ianya dihadirkan dalam kehidupan manusia untuk membuktikan kekuasaan Allah dimana Dia maha kudrat melakukan apa sahaja yang dikehendakiNya sekalipun diluar jangkaan manusia, dan juga sebagai hujjah akan kebenaran pengkhabaranNya.
Umumnya Allah tidak berbuat demikian, sebaliknya ditetapkan mengikut hubungan sebab dan musabbab (yang menjadikan sebab).
Dapatkah doa merubah takdir?
Doa adalah lambang pengabdian diri dan perhambaan manusia di hadapan Allah. Doa adalah senjata mu’min, adalah ibadah. Dan doa adalah diantara usaha manusia.
“Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu..” (QS Al-Mu’min 60).
Bagaimana pula dikatakan doa boleh merubah takdir?. Segala yang berlaku di alam ini ke atas makhluknya, semuanya telah ada dalam ilmu Allah sejak azali. Dan telah disuratkan di lauh mahfuzh sejak azali lagi. Jadi bagaimana sesuatu yang telah lama wujud boleh dipinda-pinda kemudian. Apakah Allah perlu membuat kerja dua kali. Itu bermakna Allah telah membuat silap. Maha suci Allah dari membuat silap. Dialah Tuhan yang Maha Sempurna lagi Maha Halus perhitungannya
Firman Allah:
“Bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila di kehendaki oleh Allah, Tuhan semesta Alam “. (At Takwir : 28 – 29)
Sabda Rasulullah Saw:
“Allah Ta’ala telah menulis taqdir makhluk sebelum Dia mencipta langit-langit dan bumi dalam jarak 50 ribu tahun dan arasyNya berada di atas air” (sahih Muslim)
Hakikatnya, tiada siapa yang boleh mengubah qadar Allah swt. Ini telah dijelaskan dengan hadith Rasulullah saw;
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a ia berkata, “Aku pernah naik unta di belakang Nabi saw maka beliau bersabda: “Wahai anakku, sesungguhnya aku akan mengajarimu beberapa hal, yaitu; jagalah (hukum-hukum) Allah swt, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah (hukum-hukum) Allah swt, niscaya Dia akan selalu bersamamu. Jika kamu meminta sesuatu, maka mintalah hanya kepada Allah swt. Jika kamu meminta pertolongan, maka mintalah pertolongan hanya kepada Allah swt. Ketahuilah sekiranya umat manusia berkumpul dan sepakat untuk memberikan manfaat untukmu, maka mereka tidak akan dapat memberikan manfaat kepadamu, kecuali sesuatu yang telah ditetapkan Allah swt untukmu. Dan sekiranya mereka berkumpul dan sepakat untuk memberikan mudharat kepadamu, niscaya mereka tidak dapat memberikan mudharat kepadamu, melainkan sesuatu yang telah Allah swt tetapkan untukmu. Pena telah diangkat, dan tulisan-tulisan pada buku catatan telah kering.” – (HR Tirmidzi-Hadith ini hasan shahih).
Merujuk kepada kitab Syarah Riyadhush Shalihin, “Pena telah diangkat, dan tulisan-tulisan pada buku catatan telah kering.” Bermaksud apa yang berada dalam ilmu Allah swt atau apa yang telah ditetapkan oleh-Nya di dalam Ummul Kitab(Lauhul Mahfuzh) merupakan sesuatu yang sudah kekal, tidak dapat diubah, diganti dan tidak pula dihapuskan. Semua yang telah dan yang akan terjadi sudah berada dalam pengetahuan Allah swt. Iman kepada takdir merupakan kewajipan bagi seorang hamba.
Doa, usaha ikhtiar atau apa sahaja yang datang daripada manusia tidak berkuasa untuk mengubah taqdir. Dalam perkataan lain bukan Allah Ta’ala yang mengikut kehendak permintaan atau usaha hambaNya. Jika tidak maka jadilah Allah itu bersifat lemah kerana Dia boleh di gagahi; Maha Suci Allah daripada digagahi oleh sesuatu. Sebaliknya, Dialah yang Maha Gagah dan berkuasa di atas segala sesuatu. Sebaliknya semua itu semata-mata dengan kurnia Allah Yang Maha Pemurah yang telah pun tertulis di Lauh Mahfuzh.
Jika kita bertanya lagi bagaimana dengan hadis Nabi saw yang berbunyi;
“Tidak ada yang mampu menolak takdir Allah kecuali doa”. (riwayat At-Tirmizi)
“Tidak ada yang mampu menolak takdir Allah kecuali doa”. (riwayat At-Tirmizi)
Jika dilihat dari zahir ayat memang doa mampu mengubah takdir. Bukan semua ayat dapat dipakai secara zahir, tetapi ada pula yang perlu ditakwikan. Tapi dari segi batin-tafsirannya, kita perlu faham terlebih dahulu maksud takdir di dalam kontek ayat tersebut. Takdir yang dimaksudkan oleh ayat diatas ialah keburukan, kecelakaan.
Cuba perhatikan doa Umar r.a ketika bertawaf: “Ya Allah, jika Engkau telah mentakdirkan aku tergolong di dalam golongan orang-orang yang bahagia (ahli syurga), tetaplah aku di dalam keadaan aku.
Sebaliknya jika Engkau telah tetapkan aku di dalam golongan orang-orang yang celaka (ahli neraka) dan berdosa, hapuskanlah takdir (keburukan) itu dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang mendapat kebahagiaan (takdir) dan keampunan (takdir).”
Tidak diragukan lagi bahawa doa berpengaruh dalam mengubah apa yang telah tertulis (takdir). Akan tetapi perubahan menerusi doa ini juga telah ditulis (ditakdirkan). Janganlah anda beranggapan apabila anda berdoa bermakna anda meminta sesuatu yang belum tertulis, bahkan doa anda telah tertulis dan apa yang terjadi kerananya juga tertulis (termasuk dalam takdir). Hanya terlihat pada zahir pandangan bahawa Allah mengubah nasib/ketentuan/qadha yang ada pada seseorang itu disebabkan oleh doanya. Usaha dan tindak-tanduk manusia adalah selari dengan takdir Allah.
Justeru itu, yakinlah bahawa Allah itu adil dan bijaksana pula dalam urusan takdir manusia. Allah tidak akan persiakan usaha hambanya. Usahlah kita berdebat dengan Allah hanya kerana pada sangkaan kita amalan atau usaha yang kita lakukan wajar mendapat sekian, sekian, sementara dia tidak wajar mendapat sekian, sekian, pula. Sesungguhnya Allah lebih bijak di dalam perkiraannnya. Penglihatan Allah dan pengetahuannya tidak bermasa, ber-ruang dan bersempadan sedangkan mata kita jika dihijabi dengan dinding, akal kita sudah tentu tidak dapat meneka apa disebaliknya oleh kerana terhadnya kemampuan akal kita.
Demikian itu, serahkan saja soal kira mengira itu kepada yang layak iaitu Allah. Barangkali apa yang kita nikmati selama ini tidak,pun layak sebenarnya untuk kita. Maka, fahamilah sunattullah (hukum Allah) dan jangan sesekali melawan arus, sebaliknya ikut saja resepi kejayaan yang Allah gariskan, nescaya akan berhasil.
Sekiranya gagal jangan salahkan resepi Allah, sebaliknya muhasabahlah mencari dimana kesilapan diri. Barangkali kesilapan itu pada acuannya, atau pada ramuannya, mungkin juga pada suhunya atau pada tekniknya, boleh jadi juga sebab masanya belum tiba, mungkin juga apa yang kita harapkan diluar keupayaan kita.
Contohnya kalau ingin kaya, carilah jalan masuk rezeki yang baik, usah mengeluh sudah kerja keras tapi tak kaya-kaya sebaliknya selidiki kerja apa? Dengan siapa? Di mana? Bagaimana?. Kalau kerja keras siang malam, tapi hanya sebagai penarik beca, wajar saja kalau tidak kaya, karena memang pintunya kecil. Carilah tempat lain, atau pekerjaan lain. Itupun perlu melihat keupayaan diri, Jangan pula mengharapkan menjadi perdana menteri kalau kita jahil tentang siasah. Jika mahu juga perlulah terlebih dahulu belajar selok belok siasah kerana sesungguhnya Allah telah befirman:
“Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (Al-Ra`d: 11).
Bagaimana menyambungkan silaturrahim dapat memanjangkan umur?
“Siapa saja yang ingin dimudahkan rezqinya, dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah menyambung silaturrahim”. (riwayat at-Tirmizi)
Bagaimana menyambungkan silaturrahim dapat memanjangkan umur?
“Siapa saja yang ingin dimudahkan rezqinya, dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah menyambung silaturrahim”. (riwayat at-Tirmizi)
Dalam hal ini Ibnu Hajar memilih penafsiran pertama yaitu menerjemahkan penambahan umur sebagai bentuk keberkatan hidup.
Disebutkan sebutkan suatu kisah, di mana pada suatu hari malaikat Izra`il, malaikat pencabut nyawa, memberi kabar kepada Nabi Daud a.s., bahwa si Fulan minggu depan akan dicabut nyawanya. Namun ternyata setelah sampai satu minggu nyawa si Fulan belum juga mati, sehinggalah Nabi Daud bertanya, “mengapa si Fulan belum mati-mati juga, sementara engkau katakan minggu lepas bahwa minggu depan kamu akan mencabut nyawanya”. Izra`il menjawab, “ya betul saya berjanji akan mencabut nyawanya, tapi ketika sampai masa pencabutan nyawa, Allah memberi perintah kepadaku untuk menangguhkannya dan membiarkan ia hidup lagi untuk 20 tahun mendatang”, Nabi Daud bertanya,“mengapa demikian”?, Jawab Izra`il: “orang tersebut sangat aktif menyambung silaturrahim sesama saudaranya. Karena itu Allah memberikan tambahan umur selama 20 tahun kepadanya”
Tarikh kematian si fulan hanyalah berada dalam ilmu malaikat Izrail. Sedangkan ilmu disisi Allah itu tetap sejak azali. Nyawa si fulan akan dicabut pada minggu depan sudah tertulis di Lauh Mahfuzh, dan kejadian Malaikat Izrail bertemu Nabi Daud untuk mencabut nyawa si fulan dan terpaksa ditangguhkan 20 tahun lagi juga telah lama selesai di Lauh Mahfuzh.
Kesimpulan Dari Doa
- Doa adalah lambang pengabdian diri dan perhambaan manusia di hadapan Allah. Doa adalah senjata mu’min. Doa adalah ibadah. Dan doa adalah diantara usaha manusia. Maka jadikanlah doa sebagaimana perintah Allah dan ubudiyyah (pengabdian) kepada Allah Ta’ala.
- Allah Ta’ala memerintahkan hamba-hambaNya supaya berdoa dan berusaha bersungguh-sungguh bagi mencapai jalan keselamatan dunia akhirat. Maka berusaha sungguh-sungguh atas jalan kebenaran serta menyerahkan diri kepada Allah adalah tuntutan ke atas setiap muslim.
- Segala perbincangan di atas bertujuan untuk memberikan kefahaman yang benar berkenaan dengan adab dan i’tiqad seseorang ketika berdoa dan sesudah berhasil doanya. Dia perlu membetulkan i’tiqad serta menginsafi ketika berdoa dan sesudah berdoa; samada maqbul doanya atau ditolak doanya atau ditangguhkan doanya semua itu adalah di dalam genggaman ilmu Allah Ta’ala.
- Jika telah maqbul (diterima) doanya bukan bererti doanya itu berkuasa untuk mengubah sesuatu taqdir pada dirinya samada memberi manfaat atau menolak mudarat. Yang bekuasa hanyalah Allah. Allah yang mengizinkan hambanya berdoa, dan semua itu telah selesai sejak azali. Sebaliknya semua itu semata-mata dengan kurnia Allah Yang Maha Pemurah yang telah pun tertulis di lauh mahfuzh.
- Kita sama-sama perlu menginsafi bahawa perbicangan ini bukan bermaksud untuk melemahkan seseorang daripada berdoa. Sebaliknya seseorang itu semestinya lebih kuat lagi berdoa dan bertawakkal kepada Allah. Kerana manusia tidak mengetahui apa yang akan terjadi dan yang tertulis di lauh Mahfuzh.
Adakah Allah itu kejam.
Berikut adalah bukti-bukti bahawa Allah itu tidak kejam;
- Maha Suci Allah dari bersifat zalim.
- “Dengan nama Allah, Yang Maha Pemurah, lagi Maha Mengasihani”.
- “Dan Aku tidak sekali-kali menzalimi hamba-hambaku..(Qaaf : 29)
- “Dan tiadalah kami menginaya mereka, tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri”.(An-Nahl : 118)
- “Bahkan sesiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah (mematuhi perintahNya) sedang dia pula berusaha supaya baik amalannya, maka dia akan beroleh pahalanya di sisi Tuhannya dan tidaklah ada kebimbangan (dari berlakunya kejadian yang tidak baik) terhadap mereka dan mereka pula tidak akan berdukacita”. (Al-Baqarah, 2:12)
- “Dan Tuhanmu tidak berlaku zalim kepada seorang pun”.(Kahfi : 49)
- “Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berbuat dosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul”. (Al-Israa 17:13-15)
- Segala yang ada di semesta raya termasuk syurga, dan neraka, langit dan bumi, hatta diri kita adalah milik Allah. Allah bebas mahu perbuat apa sahaja yang di kehendakinya.
- Kepada hamba yang selalu ingkar dan suka membuat berosakan di muka bumi, degil berpaling dari kebenaran dan petunjuk. Sedangkan seruan ilahi telah sampai kepadanya. Maka nerakalah sebagai balasannya. “Dan sesiapa yang menentang (ajaran) Rasulullah sesudah terang nyata kepadanya kebenaran pertunjuk (yang dibawanya), dan ia pula mengikut jalan yang lain dari jalan orang-orang yang beriman, Kami akan memberikannya kuasa untuk melakukan (kesesatan) yang dipilihnya, dan (pada hari akhirat kelak) Kami akan memasukkannya ke dalam neraka jahanam; dan neraka jahanam itu adalah seburuk-buruk tempat kembali”. (Al-Nisaa’ 4:115)
- Allah memberikan ganjaran Syurga yang tiada tara nikmat kepada hambanya yang selalu bersabar dan menderita dalam menjunjung perintah dan meninggalkan larangan Allah yakni orang-orang yang bertakwa.
- Telah datang kasih sayang Allah dengan menurunkan cahaya (Al-quran) untuk menerangi kegelapan rohani dan kesejahteraan umat Manusia dan Jin.
- “Tiadalah Kami mengazabkan sesiapapun sebelum Kami mengutuskan seorang Rasul (untuk menerangkan yang benar dan yang salah)”. (Al-Isra’ 17:15)
- “Dan kamu pula tidak dikira berdosa dalam perkara yang kamu tersilap melakukannya, tetapi (yang dikira berdosa itu ialah perbuatan) yang disengajakan oleh hati kamu untuk melakukannya. Dan (ingatlah Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani”. (Al-Ahzab 33:05)
- “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan kepada kamu memakan bangkai, dan darah, dan daging babi, dan binatang-binatang yang disembelih tidak kerana Allah. Maka sesiapa terpaksa (memakannya) sedang ia tidak mengingininya dan tidak pula melampaui batas (pada kadar benda yang dimakan itu), maka tidaklah ia berdosa. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani”. (Al-Baqarah 2:173)
- “Katakanlah: “Wahai hamba-hamba-Ku yang telah melampaui batas terhadap diri mereka sendiri (dengan perbuatan-perbuatan dosa besar), janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, kerana sesungguhnya Allah mengampunkan segala dosa; sesungguhnya Dia lah jua Yang Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani”.(Al-Zumar 39:53-54)
Kehendak dan izin Allah
Kalau sudah demikian perkaitan amalan seseorang dengan natijahnya, kenapa banyak sekali firman Allah yang pada umumnya membawa maksud bahawa apa yang dikehendaki Allah pasti terjadi, sekalipun kita tidak berkehendakkan ianya terjadi, dan apa yang tidak dikehendaki Allah tidak akan terjadi sekalipun kita berkehendakkan ianya terjadi?.
Atau pun membawa maksud ianya hanya terjadi dengan izin Allah dan tanpa keizinan Allah tidak ianya terjadi? Bahkan, perbuatan dan perkataan kita pun pada asalnya ketentuan Allah, seolah olah manusia pada hakikatnya tidak punya pilihan dan kuasa memilih? Sebagaimana antara firmannya:
“Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya; Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia)” (Al Qashash, 28: 68)
- Kehendak Allah bukan Bukan Ketidak mampuanNya
Pertamanya, ianya suatu penegasan bahawa setiap yang terjadi adalah atas kehendakNya bukan kerana ketidakmampuaNya untuk mentakdirkan kejadian lainnya. Maknanya, boleh saja Allah menjadikan setiap manusia ini beriman, tetapi Allah tidak mengkehendaki demikan.
Firman Allah Swt:
“Dan kalau kami menghendaki niscaya akan kami berikan kepada tiap– tiap jiwa petunjuk (bagi) nya”. (As Sajdah: 13)
“Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu”. Huud : 118)
Boleh saja Allah tidak mewujudkan iblis tetapi Allah berkehendakkkan ianya wujud. Boleh saja Dia memberi hidayah kepada orang kafir, bertaubatnya orang orang fasik tetapi Dia tidak berkehendak begitu. Begitu juga dengan perbuatan hamba, boleh saja Allah bela hambanya yang dicintaiNya sesegera mungkin dan menghukum hambanya yang berdosa sesegera mungkin, tetapi Allah tidak berkehendakkan demikian; - Adanya Campur Tangan Allah
Keduanya, ianya menunjukkan adanya campur tangan Allah dalam urusan hambanya lantaran kelemahan manusia itu sendiri yang cenderung melihat baik dan buruk berdasarkan persepsi dan prasangka; - Kehendak dan Kempampuan Manusia
Ketiganya, perbuatan dan perkataan kita ini timbul karena adanya dua faktor, yaitu kehendak dan kemampuan. Apabila perbuatan manusia ini, timbul karena kehendak dan kemampuannya, maka perlu diketahui bahwa yang menciptakan kehendak dan kemampuan manusia adalah Allah jua.
Firman Allah Swt:
“Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu“.(As Shaffat : 96). - Supaya Menginsafi
Keempat, ialah menginsafi manusia supaya tidak menyombong diri jika diberi kelebihan kerana setiap kelebihan itu tidak lebih dari sebab keizinan Allah jua dimana bisa pula dia mengambilnya kembali pada bila-bila masa yang dikehendakiNya; - Tidak Menimpa Sesuatu Tanpa Izin Allah
Yang kelima, sebagai jaminan kepada mukmin supaya tidak takut dan tidak gentar akan berlakunya musibah kepadanya dari musuh musuhnya kerana tidak akan menimpanya akan sesuatupun tanpa keizinan Allah. Firman Allah Swt:
“Dan tidak seorang jiwa pun akan beriman melainkan dengan izin Allah”.(Yunus).
Justeru itu, perlu dilihat bahawa kehendak Allah tadi dan keizinanNya serta pilihanNya samada untuk memberi nikmat atau tidak keatas hambanya bukanlah seperti kita bermain catur dengan sahabat kita, tetapi kehendak dan pilihanNya ada undang undangnya yang selari dengan hikmah Allah.
Pastinya, undang undangNya tidak akan menzalimi hambanya yang tak berhak dizalimi dan tidak sesekali Allah akan mempersiakan usaha hambaNya. Bahkan Allah berjanji akan menolong hambaNya yang beriman dengan memalingkan mereka daripada melakukan perkara perkara yang ditegah. Sebagaimana sabda nabi maksudnya;
“Adapun orang orang yang tergolong di dalam golongan orang orang yang berbahagia, maka meraka akan dimudahkan dengan amalan amalan yang membawa kearah kebahagian.”
“Adapun orang orang yang tergolong di dalam golongan orang orang yang berbahagia, maka meraka akan dimudahkan dengan amalan amalan yang membawa kearah kebahagian.”
Maka jelaslah bahawa manusia tetap bertanggungjawab keatas perbuatannya. Bahkan dari amalan hamba itu sendirilah Allah menentukan ketentuanNya.
Sikap Pertengahan Dalam Memahami Takdir
Puak-puak Jabariah; mempercayai bahawa Allahlah yang menentukan nasib seseorang dari segi qadak, qadar, rezeki, mati, syurga neraka dan segala ketentuan hidup manusia ibarat kayu yang mati. Dia umpama wayang kulit yang dimainkan oleh Tuhannya; kalau ditakdirkan dia masuk neraka maka jika berbuat baik macam manapun dia tetap akan masuk neraka.
Sementara puak Qadariah; mempercayai bahawa Allah telah memberi usaha ikhtiar, perkakas, kudrat iradat, peralatan lisan dan sebagainya. Jadi manusialah yang akan menentukan nasib qadak dan qadar, syurga neraka disebabkan usaha berada di tangan manusia. Allah telah bagi kapak parang dll, jadi buatlah kerja dengan 100% tanpa gangguan Allah; seolah-olah Allah telah pencen!
Kedua-dua golongan ini terkeluar daripada Islam. Sedangkan Ahli Sunnah wal-Jamaah duduk di celah-celah antara kedua-duanya .Kalau kita ditakdirkan lelaki lalu berdoa untuk jadi perempuan pun tidak dapat sebab Allah telah kerasi dengan takdir itu, tetapi kalau kita berdoa untuk panjang umur memang ada dalam doa. Maknanya Allah membenarkan manusia untuk panjang umur seperti ketetapan yang telah sedia ada di azaliNya.
Rumusan Penting
Keimanan yang benar terhadap takdir akan membuahkan hal-hal penting, di antaranya sebagai berikut :
- Hanya bersandar kepada Allah ketika melakukan berbagai sebab dan tidak bersandar kepada sebab itu diri sendiri. Karena segala sesuatu tergantung pada takdir Allah.
- Munculnya ketenangan dalam hati terhadap takdir Allah yang menimpa dirinya, sehingga dia tidak bersedih atas hilangnya sesuatu yang dicintainya atau ketika mendapatkan sesuatu yang dibencinya. Sebab semuanya itu terjadi dengan takdir Allah. Allah berfirman (yang artinya), “Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.” (QS. Al Hadiid : 22-23).
- Melatih diri untuk banyak bersyukur dan bersabar Orang yang beriman kepada qadha dan qadar, apabila mendapat keberuntungan, maka ia akan bersyukur, karena keberuntungan itu merupakan nikmat Allah yang harus di syukuri.Sebaliknya apabila terkena musibah maka ia akan sabar, karena hal tersebut merupakan ujian. Allah Berfirman.”Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah( datangnya),dan bila ditimpa oleh kemudratan, maka hanya kepada-Nya lah kamu meminta pertolongan.” ( QS. An-Nahl ayat 53).
- Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa Orang yang tidak beriman kepada qadha dan qadar, apabila memperoleh keberhasilan, ia menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata karena hasil usahanya sendiri. Ia pun merasa dirinya hebat. Apabila ia mengalami kegagalan, ia mudah berkeluh kesah dan berputus asa , karena ia menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya adalah ketentuan Allah.Allah Berfirman “Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. ( QS.Yusuf ayat 87) Sabda Rasulullah: ”Tidak akan masuk sorga orang yang didalam hatinya ada sebiji sawi dari sifat kesombongan.” ( HR. Muslim)
- Memupuk sifat optimis dan giat bekerja Manusia tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua orang tentu menginginkan bernasib baik dan beruntung. Keberuntungan itu tidak datang begitu saja,tetapi harus diusahakan. Oleh sebab itu, orang yang beriman kepada qadha dan qadar senantiasa optimis dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan itu. Allah Berfirman “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS Al- Qashas ayat 77)
- Menenangkan jiwa Orang yang beriman kepada qadha dan qadar sentiasa mengalami ketenangan jiwa dalam hidupnya, sebab ia selalu merasa senang dengan apa yang ditentukan Allah kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur. Jika terkena musibah atau gagal, ia bersabar dan berusaha lagi. Allah Berfirman: “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang tenang lagi diridhai-Nya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam sorga-Ku.
- Allah Ta’ala mengatur segala sesuatu menurut KehendakNya serta ukuran yang telah ditentukan bagi mahkluknya.
- Manusia tidak berhak bercampur dalam urusan taqdir Ilahi.
- Semua yang telah ditetapkan di azali akan terlaksana pada masa, tempat dan anasirnya tidak terdahulu dan tidak tekemudian walau sesaat.
- Segala usaha dan ikhtiar makhluq tidak dapat mengubah Qadha dan Qadar Ilahi. Apabila seseorang berdoa atau berusaha ikhtiar, kemudian Allah Ta’ala memberikan kebaikan atau ni’mat menurut permintaan hamba tersebut, maka hal yang demikian sudah pun tertulis pada azali. Iaitu Allah Ta’ala telah mentakdirkannya untuk berdoa dan Dia mempermudahkan atau menjadikanseseorang berusaha ikhtiar ke arah tersebut.
- Manusia hanya diperintah melaksanakan perintah Allah sekuat kemampuannya.
- Pilihan Allah adalah pilihan terbaik bagi hamba-hanbaNya. Maka setiap orang beriman diperintah bersangka baik dengan Tuhannya.
- Setiap manusia akan diuji dengan berbagai penderitaan dan kesusahan untuk melihat siapa yang benar-benar beriman dan berserah diri kepada Allah.
- Sesungguhnya manusia tiada daya dan upaya sedkit pun kecuali apa-apa yang dianugerahkan oleh Allah!
- Manusia dilarang menyerahkan kepada Allah Ta’ala semata-mata tanpa berusaha dengan alasan semuanya sudah ditetapkan, kerana tiada siapa tahu apa yang ditentukan baginya. Bahkan perbuatan ini berlawanan dengan perintah Allah supaya manusia bersungguh pada JalanNya.
- Sesiapa yang diberikan kurnia Allah pada kebaikan, wajib dia mengakui segala kejayaannya adalah kurniaan Allah padanya bukan sebab usaha ikhtiarnya, bukan sebab doanya atau kepandaiannya lalu bersyukur kepada Allah. Sebaliknya mereka yang menemui kegagalan hendaklah mengakui kelemahan dan kekurangan dirinya. Dia hendaklah tetap sabar serta membaiki dirinya.
- Hamba Allah yang berjaya adalah mereka yang melepasi semua ujian Allah Ta’ala serta mendapat keredhaan Allah Ta’ala.
0 ulasan:
Catat Ulasan